Boleh saja menjadi anggota termuda di grup. Cowok yang bersaudara
kandung dengan Reza ini bahkan sering disebut sebagai anak bawang dan
dijadikan sasaran kejahilan. Tapi jangan pernah anggap remeh. Soal
kesiapan sebagai artis, cowok kelahiran Kendari, 29 Agustus 1995 bisa
dikatakan paling tinggi.
“Jadi artis itu memang cita-cita. Hahaha,” ceplos Ilham yang oleh
penggemar disapa “Si Chubby”. Menghadapi kesibukan atau jadwal manggung
yang mulai memadat, justru ditanggapi dengan gembira.
“Kalau melihat manajemen nyantumin jadwal (manggung), aku malah senang banget. Enak kan sibuk, daripada enggak ada kegiatan?”
Well, Ilham memang sosok anak yang amat menyukai kesibukan dan minatnya
pun banyak. Kelas 5 SD berani menyatakan keinginan untuk belajar menari
kepada orangtuanya. “Orangtua tidak pernah mendorong-dorong. Saya
sendiri yang berinisiatif meminta ini-itu,” buka Ilham.
Soal menyanyi, pengidola Justin Bieber ini pun selalu percaya diri,
walau hanya berbekal pengalaman sebagai penyanyi kamar mandi. “Kalau
guru (di sekolah) nyuruh tampil apa gitu, aku sih nyanyi saja,” ujarnya
pede.
Kendati tidak pernah diarahkan secara khusus, orangtua Ilham, pasangan
Effendi Yusuf-Sulfiani E telah tanpa sengaja menanamkan pengaruh sebagai
penampil yang cukup kuat di dalam keluarga. Sulfiani pernah mengecap
profesi model, sementara sang ayah seorang atlet bela diri.
“Kombinasi dari situ kali ya, menurun ke anak-anaknya? Hahaha,” ujar
Ilham yang juga mengawali karier sebagai model menduga-duga.
“Mungkin karena itu juga mereka memberi dukungan penuh. Cuma satu pesan mereka, agar jangan sampai melupakan pendidikan.”
Ada satu hal menarik tentang pendidikan. Kendati mengaku santai
menghadapi popularitas, di sekolahnya, Ilham malah terkesan menarik diri
dari pergaulan. Belakangan, dia mulai merasa enggan, bahkan untuk
sekadar nongkrong di kantin sekolah.
“Enggak tahu kenapa, malah lebih milih tidur-tiduran di kelas pas jam
istirahat. Kurang tidur juga belakangan, tapi soal malas ke kantin itu
mungkin karena aku anak kelas 1. Cuma agak bingung harus bersikap
bagaimana di sekolah,” kata Ilham.
Sedikit banyak, cerita Ilham menyiratkan adanya pro dan kontra terhadap
SM*SH turut memberinya tekanan. Yang membenci hampir sebanding dengan
yang menyukai. Ilham menyadari itu salah satu risiko.
“Kebetulan, kami lahir di tengah-tengah berlangsungnya Korean Wave. Ada
yang langsung suka, banyak juga yang terang-terangan benci. Aku sih
mencoba ambil positifnya saja. Tidak perlulah dijadikan beban. Malah aku
anggap mereka yang membenci itu justru sangat perhatian. Aku salah
gerak tari saja mereka langsung komentar. Terima kasih sudah perhatian,
ya,” ujar Ilham yang masih rajin membaca komentar baik positif maupun
negatif di dunia maya.
Bagi Ilham, bergabung dan meraih popularitas bersama SM*SH sarana
terbaik untuk menyalurkan sekaligus mengembangkan hobi dan minatnya.
“Aku suka menari dan menyanyi. Keduanya bisa dilakukan di sini. Selain
itu, aku juga bisa mendapatkan penghasilan. Siapa tidak mau?” tanya
Ilham. “Selain itu, dengan sukses di sini, aku juga merasa bisa
menginspirasi anak-anak lain agar berani memiliki mimpi yang sama,”
imbuhnya. Siplah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar